“Pesantren di sekitar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango &Halimun dan Salak (Gedepahala) mengembangkan budidaya lebah sebagai upaya pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.”
BOGOR (12 November 2010)--Pesantren yang letaknya tidak jauh dari kawasan-kawasan konservasi dapat berperan serta dan mempunyai andil untuk berpartisipasi menjaga kelestarian alam dan merawat jasa ekosistem. Partisipasi tersebut dapat dalam bentuk melakukan pendidikan dan pengajaran yang ramah lingkungan kepada para santrinya, merawat dan memberikan perhatian pada anak-anak sungai di kawasan kampus dimana mereka berada, melakukan gerakan penghijauan, dan melestarikan spesies-spesies tertentu yang bermanfaat bagi komunitas masyarakat dan pesantren.
Kali ini, kegiatan pesantren tidak hanya pelestarian lingkungan, tetapi menuju pada pemanfaatan sumber daya alam secara lestari, salah satunya dangan cara mengembangkan budidaya lebah. Masing masing perwakilan dari 10 pesantren dan komunitas di Gedepahala memdapatkan hibah satu koloni lebah dan cara budidayanya.
Dari data yang dihimpun, melalui survey potensi pesantren, terdapat sejumlah 926 pesantren dengan jumlah murid 108 ribu orang yang ada di Jalur Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Sedangan untuk radius 10 km, jumlah pesantren yang mendekati anak-anak sungai telah didata terdapat 29 pondok pesantren yang ada di Gunung Gede Halimun dan Salak. “Mereka berpotensi untuk dapat terlibat menjaga lingkungan dan melestarikan-jasa ekosistem, karena keberadaan mereka yang mendekati kawasan taman nasional dan hutan-hutan masyarakat dan anak-anak sungai,”jelas Fachruddin Mangunjaya Fellow Rufford Small Grant dari Yayasan Owa Jawa yang bekerjasama dengan Conservation International dan Pondok Pesantren Daarul Ulum, Bogor dalam mengadakan pelatihan tersebut.
Kerugian akibat banjir dan krisis air bersih, mengharuskan semua pihak dapat terlibat secara berlanjut untuk memulihkan kembali daya dukung lingkungan dan upaya konservasi lahan. Tidak hanya pemerintah tetapi lembaga swadaya masyarakat bahkan lembaga pendidikan seperti pesantren.
“Tidak ada jalan lain untuk pencegahan banjir dan mengurangi dampak (mitigasi) perubahan iklim kecuali dengan melakukan revegetasi kawasan-kawasan yang ada lereng-lereng gunung yang menjadi sumber air masyarakat tersebut, “tambah Iwan Wijayanto, Director Conservation and Partnership, Conservation International Indonesia.
Program pelatihan ini merupakan upaya di tahun kedua dalam memberdayakan pesantren untuk ikut andil melestarikan hutan dan anak-anak sungai di sekitar Gedepahala dalam proyek yang bertajuk:” Introducing the Islamic Hima and Harim System As A New Approach to Nature Conservation in Indonesia.”
Kegiatan ini berfokus pada pemberdayaan pesantren dan pemahaman santri dalam keterlibatan mereka melakukan perlindungan lingkungan, jasa ekosistem dan pelestarian alam berdasarkan apa yang diajarkan oleh syariat Islam. (HABIS)Komentar setelah pelatihan:
“Saya mendapat pencerahan dan modal untuk langkah selanjutnya,”ujar Dawami, salah satru peserta dari Ponpes Assalam Sukabumi:
Sedangkan Pujianto, dari Pondok Pesantren Modern Sahid:“Sangat baik untuk dikembangkan sega blebh memerlukan makanan dari pohon (bunga) untuk itu tentu kita harus merawat pohon tersebut, dimana madu akan dihasilkan untuk keperluan manusia”
Ketika ditanyakan, apa manfaat yang didapatkan dengan berpatisipadi dalam pelatihan pemanfaatan SDA pelatihan budidaya lebah ini? Sailani Hasan dari Pp Husnayain, Sukabumi menuturkan bahwa: “ada sesuatu yang baru, yang salami ini saya pikir untuk apa. Setelah mengikuti latihan ini ada motivasi baru. Untuk mengembangkan ide baru ini dan kami lebih tertantang".