Thursday, April 19, 2012

Disertasi Ekopesantren


Alhamdullillah, Kamis 27 Rabiul al Awwal/19 April 2012, saya berhasil mempertahankan disertasi berjudul Desain Ekopesantren Dalam Kerangka Pembangunan Berkelanjutan. Tentu sudah banyak disertasi tentang pesantren, namun tidak banyak membahas lingkungan. Untuk desain dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, ini adalah baru pertama kali. Dan niatnya adalah membawa pesantren sebagai institusi Islam menjadi ramah lingkungan dengan pendekatan ilmiah dan alamiah berbasis budaya pesantren itu sendiri.

Ada lebih dari 21 ribu pondok pesantren di Indonesia dengan jumlah murid 3.9 juta jiwa, belum ditambah lagi: orang tua dan saudara saudari handai taulan yang akan terpengaruh dari gerakan lingkungan  komunitas pesantren yang ada di masyarakat. Desain ini diniatkan berbentuk actional dan implementatif, dapat dilakukan secara mandiri di masing-masing pesantren juga dapat menjadi program nasional bahkan regional.
Demikian, menurut para promotor dan panelis penguji, Professor Nasaruddin Umar (Wakil Menteri Agama), Dr Henri Bastaman (Deputi Pemberdayaan Kementerian Lingkungan Hidup), Professor Hadi Alikodra, disertasi ini mempunyai bobot novelty dan originalitas yang tinggi karena dapat menjembatani ilmu pengetahuan agama dengan ilmu lingkungan (ekologi). Pembahasannya pun menggunakan dokumen-dokumen mutakhir dan terkini. 

 
Saya berdoa, dengan kerendahan hati bahwa disertasi ini membawa manfaat, sebab usaha, perenungan dan pencariannya pun sangat panjang. Pembuatanya didahului dengan shalat malam dan doa serta tahannuts kepada Allah swt. Kalau ada keberkahan dalam disertasi ini dan mampu menjadi motor penggerak lingkungan di pesantren dan membantu ummat, saya ingin ini menjadi amal ibadah yang menjadi pemberat timbangan saya di Yaumil Akhir kelak. Amin.

Kerusakan lingkungan telah demikian luar biasa, umat Islam ada didalam arus itu dengan melupakan ajaran agama dan keperdulian jati dirinya selaku khalifah dan pengemban amanah di muka bumi. Pengetahuan kita tentang Islam dan lingkungan belum banyak berkembang, dan pembahasan tentang lingkungan memang menjadi tantangan manusia kini. Para ulama dan kader pesantren merupakan agent of change yang dapat berpotensi menggali hal tersebut dengan otoritas kepakaran yang baik. Khasanah Islam tentang lingkungan perlu digali lalu dikembangkan sebagai bentuk implementasi kekuatan ajaran Islam dalam melestarikan dan melindungi CiptaaNya sebagai amanah.

Hal universal di dalam Al Qur’an adalah: Kitab Suci ini diyakini mampu menjawab masalah-masalah kita baik dahulu, kini maupun akan datang. Insya Allahu ta’ala. Wallahu a’lam. 

 

Friday, April 6, 2012

Pro Fauna Terbitkan Buku Islam Peduli Satwa


Organisasi pembela satwa, makhluk Allah swt, mengingatkan umat Islam supaya peduli terhadap satwa yang kita hari bertambah menderita bahkan punah. Ornanisasi ini memulai dengan mengajak Pesantren dan Ulama Pesantren untuk menelaah bersama kitab klasik Islam secara komprehensip. Hasilnya:  "Ada banyak kisah nabi dan surat di Al-Quran yang menyimpulkan bahwa Islam juga mengajarkan kasih sayang terhadap satwa." menurut Pro Fauna dalam situsnya.PROFAUNA

Kepedulian Islam terhadap satwa itu juga menjadi sebuah kesimpulan dari workshop lebih dari 35 pesantren pada tanggal 22-23 Mei 2010 yang diadakan oleh ProFauna Indonesia bekerja sama dengan pesantren Al-Hikam Malang dengan dukungan dari Animalia Foundation dan CIWF.

Pendekatan ini merupakan upaya yang baik dan mudah-mudahan mendapat kepedulian dan  dapat ditularkan kepada seluruh ummat Islam.  Etika Islam dalam perawatan dan pemeliharaan satwa juga termaktub disini. Izzuddin Abdussalam, dalam Qawaid al Ahkam fi Masalih al Anam, menekankan, apabila seseorang memelihara binatang atau satwa, maka yang bertanggunjawab adalah manusia, sebagai 'walinya'.

Ibarat anak manusia, tidak sah dinikahkan kalau tidak ada 'wali', minimal ada wali ul amri (pejabat negara bertanggungjawab). Maka menurut Izzuddin, apabila merawat binatang kewajiban manusia antara lain:

1. merawat dan menyediakan makannya.
2. memasangkannya pada saat musim kawin, sehingga dengan demikian dia bisa meneruskan keturunan dan haknya sebagai spesies.
3. tidak membebani melebihi kemampuan hewan atau binatang tersebut
4. kalau disembelih hendaknya jangan didepan anak atau induknya
5. tidak boleh menempatkan pada suatu tempat yang dapat menyiksa sehingga mengakibatkan binatang itu patah tulang atau cedera. dst..

Lanjutan dapat dibaca di Buku: KONSERVASI ALAM DALAM ISLAM

Saya berkeyakinan, kalau perintah ini dijalankan, maka kelangkaan terhadap satwa dapat diatasi. Satwa wajib mendapatkan haknya dan mendapatkan pasangannya sehingga terhindar dari extiction dan masuk buku merah IUCN REDD LIST .


Buku Islam Peduli Satwa (Pdf) dari Profauna

Sunday, April 1, 2012

"Green Pesantren" Al Ittifaq Ciwidey, Bandung

Al Ittifaq merupakan salah satu pesantren penerima Penghargaan Kalpataru dan dapat menjadi model eco-pesanten. Pondok Pesantren Al Itifaq Ciwidey menerima Kalpataru 2003. dipimpin oleh KH Fuad Affandi, melakukan pemberdayaan pertanian organik, pemanfaatan lahan secara efektif dan peningkatan ekonomi masyarakat sekitarnya. Al Itifaq mempelopori pendirian Kelompok petani sayur mayur yang mengirimkan 3-4 ton sayuran ke berbagai supermarket di Jakarta dan Bandung, dengan frekwensi tiga kali seminggu. Al Itifaq mengkoordinir 500 kelompok petani sayur yang kemudian menumbuhkan pemberdayaan perekonomian masyarakat komunitas pesantren dengan cara sekolah gratis, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Selain itu, pesantren memproduksi popuk organik di Cijapati, Jawa Barat dengan kapasitas produksi 20 ton per hari. 

Lagu Keindahan Alam Ciptaan Kiyai Fuad Affandi:



"Keindahan Alam" (nasheed) from Green Islam in Indonesia on Vimeo.

Dengan pemberdayaan ekonomi petani sekitar, pesantren ini mampu bertahan di komunitas petani segagai 'agent of change' kehidupan masyarakat. Kepemompinan Kiyai Affandi yang merupakan turunan ke 3 Pendiri awal pesantren ini, membuat pesantren ini maju dan dapat memberdayakan masyarakat. Minggu ( 1 April 2012) saya berkunjung kesini. Pesantren berbaur dengan masyarakat dan tidak berdiri eksklusif. Kondisi ini mengingatkan saya pada pesantren Buntet Cirebon, yang juga berada ditengah komunitas masyarakat dan menjadi kampung santri.