“Ulama
diminta berperan dalam pelestarian harimau sumatra.”
JAKARTA
– Menyadari pentingnya eksistensi Harimau Sumatera yang terancam punah,
berbagai upaya strategis untuk menyelamatkan sub spesies terakhir ini terus
digalakkan. Kali ini, upaya pelestarian dengan menggugah kesadaran dan
partisipasi masyarakat dilakukan melalui pendekatan agama (khususnya Islam). “Pendekatan ini merupakan
satu cara yang belum banyak dilakukan. Padahal pendekatan agama untuk
lingkungan bukanlah hal baru dan telah
diteliti ternyata mampu secara
efektif memberikan perubahan persepsi dan kesadaran pada masyarakat,” ungkap Dosen
Fakultas Biologi Universitas Nasional, Dr. Fachruddin Mangunjaya, Msi yang juga menjadi Program Manager untuk
Agama dan Lingkungan, LPPM Unas.
”Diskusi ini merupakan awal pertemuan dan konsultasi para
praktisi konservasi dalam melibatkan Ulama untuk ikut berpartisipasi memberikan penyadaran tentang
pentingnya perlindungan dan melestarikan harimau Sumatra dan habitatnya,
melalui ajaran agama.’’
Kegiatan ini difasilitasi oleh Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Nasional (LPPM Unas) bersama Lembaga Pemuliaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan,
Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta Alliance of Religions and Conservation (ARC),
UK.
Dialog
bertema “Pelestarian Harimau dan Satwa Langka Melalui Kearifan Islam” ini
dilakukan pada Kamis (13/6) di kantor MUI. Peserta dialog meliputi aktifis,
perwakilan pemerintah, akademisi serta lembaga non pemerintah serta tim fatwa
MUI. Hadir sebagai nara sumber yaitu Ketua Lembaga Pemuliaan dan Sumberdaya
Alam – Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr. Hayu Prabowo, Direktur Keanekaragaman
Hayati, Kementerian Kehutanan, Dr. Ir. Novianto Bambang W. M.Si, Ketua Badan Penasehat
Forum Harimau Kita, Hario Teguh Wibisono, M.Sc, serta Dr. Sunarto pakar harimau sumaratera dari WWF
Indonesia.
“Sebagai lembaga dimana berkumpulnya para ulama, MUI adalah sebuah institusi yang penting dalam memberikan pendapat tentang ajaran Islam termasuk dalam kearifan lingkungan,” kata Dr Hayu Prabowo, Lembaga Pemuliaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Majelis Ulama Indonesia (MUI). Lembaganya juga merupakan wadah para ulama dari berbagai kalangan yang ingin pula bahu membahu ikut menyelamatkan dan melestarikan harimau sumatera.
Pendekatan melalui kearifan agama Islam ini dilakukan
karena lokasi penyebaran harimau sumatra –seperti Aceh, Riau, Jambi, Sumatra
Barat, Sumatra Selatan dan Lampung--pada umumnya berada pada kantong-kantong dimana
masyarakat Muslim memegang ajaran keyakinannya dengan kuat. Oleh sebab itu,
pendekatan penyadaran dapat dilakukan melalui para pemuka masyarakat informal
yang dihormati di tingkat akar rumput pada umumnya adalah pemuka agama dan
sekaligus –biasanya –pemimpin adat.
Prof. Dr.Ernawati Sinaga, MS.,Apt Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, (LPPM) Unas, menjelaskan bahwa peran pemuka agama dalam turut berpartisipasi melestarikan lingkungan menurut keyakinan agama, merupakan sesuatu yang penting. “Sebagai masyarakat Indonesia kita perlu menyadari bahwa populasi harimau kita menurun drastis dan menjadi sangat langka dan terancam punah. Jika harimau Sumatera punah, bukan hanya Indonesia yang rugi, tapi masyarakat internasional juga akan terkena dampaknya. Oleh karena itu, Unas tidak hanya perlu mendukung kesuksesan dalam pelestarian harimau Sumatera ini, tapi juga menjadi pelopor untuk melindungi satwa – satwa langka lainnya,” tambahmya, Senin (10/6). (*)